Ilustrasi |
# Kalau dengan sahabat bisa kumpul rame-rame, ngajak ngobrol bareng. Kalau dengan pacar biasanya hanya berdua, seringnya mojok, jadinya ikhtilath dan bermaksiat. Dosa deh …
# Pacar kadang sok mengatur padahal belum sah jadi pasangan hidup (suami istri). Kalau sahabat begitu bisa menghargai. Kapan kita sibuk, ia bisa paham. Sedangkan pacar, setiap SMS, pesan, atau call mesti dijawab. Kalau gak, yah marah. Padahal belum jadi siapa-siapa.
# Kalau sahabat tuh ada kapan pun kita perlu. Gak ada juga namanya mantan sahabat, yang ada namanya mantan pacar.
# Dengan pacar itu susah baikan jika ada masalah. Kalau dengan sahabat, possible sekali.
# Pacar sukanya bikin galau. Sahabat lebih suka menghibur.
# Sahabat lebih objektif daripada pacar. Karena umumnya saat PDKT, yang pacaran cenderung tidak memperlihatkan sisi buruknya kepada si dia. Sementara saat bersama sahabat, cenderung lebih dapat menjadi diri sendiri. Sahabat cenderung lebih bisa menerima apa adanya dibandingkan dengan pacar.
# Bersahabat dengan sejenis, tidaklah berdosa. Namun pacaran menerjang dosa dan maksiat. Pacaran juga lebih riskan karena bisa menjerumuskan pada zina. Padahal dekat-dekat zina saja tak boleh. Coba renungkan ayat,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
Bersahabat karena Allah akan meraih kelezatan iman, beda halnya berpacaran karena hawa nafsu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan merasakan kelezatan iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang karena Allah, (3) ia tidak suka kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan dalam api neraka.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
Sahabat akan selalu mengingatkan dengan ikhlas jika sahabatnya keliru. Beda halnya dengan pacar karena yang diharap adalah cintanya yang langgeng meski menerjang maksiat. Lihat kisah bagaimana ketika Abu Bakr dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pengejaran orang-orang musyrik. Ketika itu Rasul mengatakan pada Abu Bakr saat dalam goa,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah sedih karena Allah bersama kita.” (QS. At Taubah: 40). Sahabat bisa menghibur lainnya saat susah.
Dari sini sangat logis memilih sahabat. Kalau pacar mending setelah nikah saja, setelah sah, setelah tidak ada lagi dosa saat berdua-duaan.
Semoga Allah beri hidayah untuk memutuskan pacar dan memilih sahabat.
Catatan: Dalam Islam, sahabat tentulah yang sejenis, bukan yang berlawanan jenis.
Sumber : remajaislam.com