-->

Hati-hati ‘Virus’ Galau!

Tidak ada komentar

Aagh galau nih…
Ada yang beda di area Bebas Kendaraan Bermotor alias “Car free Day” (CFD) beberapa tempat di kota Jakarta. Bukan cuman dipenuhi orang lalu lalang sambil cari keringat. Atau lapak jualan yang ikut memadati area CFD. Tapi ada satu penampakan mobil yang unik. Apaan tuh?
Mobil Anti Galau namanya. Kebayang gak sih, kalo mobil lagi galau bisa banyak makan korban. Tapi mobil yang satu ini, justru bukan untuk pasien kendaraan roda empat atau lebih. Justru disiapkan khusus oleh Kementrian Sosial sebagai upaya untuk mengatasi kenakalan remaja. Nah lho! Gimana ceritanya?
Gini, kalo kita telusuri merebaknya masalah yang menimpa remaja baik sebagai pelaku ataupun korban, biasanya diawali dengan rasa galau. Ada perasaan nggak nyaman namun tak kunjung ada tempat untuk menyalurkan. Mau cerita ke guru, sungkan. Entar dilaporkan ke orangtua. Jadinya dipendam sendiri hingga saatnya tiba.
Padahal menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, remaja tidak akan bercerita atau “curhat” kesalahannya kepada keluarga, melainkan pada teman sebaya yang mungkin bisa menjerumuskan remaja tersebut ke dalam kondisi yang lebih buruk. Salah satunya, menjadi pengguna Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) sebagai tempat pelarian.
Nah, mobil anti galau ini tempat curhat remaja. Bahasa kerennya konseling. Karena banyak masalah pada remaja, baik tentang konsumsi narkoba atau seks bebas yang sering tidak tersampaikan pada orangtua. Mobil ini konon diharapkan mampu menjadi solusi bagi muda mudi atau remaja yang tengah terlibat persoalan, baik itu narkoba maupun seks bebas. Termasuk ketika para orang tua mengetahui tanda-tanda ketidak beresan pada anaknya yang mengindikasikan pada dampak negatif.

Kenali Galau Lebih Dekat

Sobat, istilah galau menurut beberapa referensi yang ada, menunjukkan ke persepsi negatif. Coba perhatikan definisi galau menurut KBBI, yaitu di halaman 407 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV (2008), “galau” berarti kacau (tentang pikiran); “bergalau” berarti (salah satu artinya) kacau tidak karuan (pikiran); dan “kegalauan” berarti sifat (keadaan hal) galau.
Seorang remaja yang lagi galau keliatan ada masalah dengan psikologisnya. Emang sih, yang ngerasain cuman yang bersangkutan. Tapi secara nggak langsung, keliatan kok dari bahasa tubuhnya. Mau tahu ciri-ciri remaja galau? Cekidot!
Remaja yang galau itu wajahnya muram. Remaja galau ekspresi wajahnya datar malah cenderung mendung. Nggak ada tanda-tanda keceriaan terpancar diwajahnya. Ditekuk mulu bawaannya. Dan temannya bisa dengan mudah nebak, ‘lo lagi ada masalah ya?’ . Lalu emosinya labil. Rasa galau berpengaruh besar terhadap perubahan emosi seseorang. Ngerinya, suka nggak jelas juntrungannya. Tiba-tiba aja remaja galau bisa dengan mudanya ngerasa bosan, sedih, ataupun marah. Udah kaya kesambet jin aja. Emosi kaya gini nunjukin kalo doi ngerasa dirinya sedang menghadapi masalah besar, bingung mengurai ujung pangkalnya, dan nggak ketemu jalan keluar.
So, Remaja galau sering resah dan mengeluh. Kalo kita kepoin statusnya di sosial media, isinya nggak jauh dari curcol masalah pribadinya. Dari mulai urusan dengan keluarganya di rumah hingga masalah di sekolah. Bad mood melulu bawaannya. Berikutnya, sering melamun. Entah ya kita nggak tahu apa yang dilamunin. Yang pasti, seolah kebiasaan melamun itu bisa melepaskan dari kegalauan yang dialaminya. Padahal, pas lagi ngelamun terkadang pikiran akan menjadi kosong dan bisa disusupin oleh godaan setan. Ngeri!
Next, ia cenderung diam dan memisahkan diri dari keramaian. Doi mencoba untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Memendam semua masalah yang ada dan tidak berkeinginan untuk membaginya dengan orang lain. And than, kurang bersemangat dalam melaksanakan aktivitas. Bayangin aja, pikiran remaja galau sudah terkuras untuk beresin masalahnya. Ibarat benang kusut, nggak nemu ujung pangkalnya. Akibatnya, energi hidupnya habis tersita oleh kegalauannya. Wajar kalo jadi malas ngapa-ngapain. Bawaannya pengen bobo cantik aja…

Kenapa Remaja Bisa Galau?

Setelah tahu ciri-ciri remaja galau di atas, pastinya kita nggak pengen menjadi bagiannya dong. Makanya penting bagi kita tahu apa sih yang bisa bikin remaja galau. Biar kita bisa menghindarinya. Setuju?
Penyebab utama remaja mengalami kegalauan adalah ketidaksiapannya dalam menghadapi masalah yang harus diselesaikan. Terutama dipicu oleh beberapa hal berikut:

Cinta.

Cinta remaja yang belum serius alias cinta monyet, seringkali jadi faktor pemicu remaja galau. Gimana nggak, emosinya yang labil bikin urusan cintanya dibuat ribet. Terbukti, omongan remaja seputar masalah cinta ngga ada abisnya. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Mulai dari PHK alias putus hubungan kekasih, aksi nembak yang ditolak, hubungan percintaan jarak jauh (long distance relationship), atau saat sang kekasih nggak ngasih kabar padahal cuman ke toilet doang. Semuanya dibikin galau. Capek deh!

Sosial media.

Sosial media, seperti facebook, twitter, instagram atau path memiliki pengaruh yang besar dengan kegalauan seorang remaja. Gimana nggak, ketika hubungan dengan keluarga lagi bermasalah, eh temennya malah update status keharmonisan keluarganya. Atau pas lagi ada masalah dengan pacar, nemu status temen yang senasib. Jadi ngerasa ada kawan, ikut-ikutan mengumbar kekecewaannya dan membesarkan masalahnya. Walhasil, terjadi kegalauan masal dan sensor baper-nya pun meradang. Phew!

Teman sebaya.

Saat seseorang menginjak masa remaja, tempat yang paling nyaman untuk berbagi cerita adalah teman sebaya dan bukan kepada keluarga. Nggak sekedar cerita, tapi juga minta solusi pada sahabatnya. Padahal, belum tentu juga teman dekatnya ngerti masalahnya dan tahu jalan keluarnya. Malah terkadang, teman sebaya hanya memberikan tanggapan yang ingin didengar, bukan yang harus dilakukan.
Emang sih, ketika cerita masalah kita bikin lega awalnya. Tapi kalo kita nggak nemu cara mengatasinya, bisa bikin galau tingkat dewa. Masalah semakin membesar dan menguat karena kita ceritakan. Namun solusinya tak kunjung keliatan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Missouri menemukan bahwa sering menceritakan masalah justru membuat seseorang lebih buruk. Para peneliti melakukan serangkaian tes pada remaja dan menemukan bahwa kecenderungan mereka bercerita tentang masalah yang terjadi secara berlebihan justru membuat perasaan lebih buruk. Mereka akan terjebak dalam pola pikir negatif dan berisiko mengalami depresi dan stres. Tuh!

Pendidikan.

Tuntutan tugas sekolah yang banyak dan berat sering membuat seorang remaja menjadi stres dan berujung dengan kegalauan. Mau ngerjain sendiri, nggak bisa. Mau minta bantuan orang lain, sungkan. Ngumpul bareng teman bukannya saling bantu beresin tugas, malah asyik main. Alasannya biar nggak stres, rehat sejenak. Sementara waktu terus berjalan mendekati batas pengumpulan. Walhasil, bukannya kelar malah makin terlalaikan.
Kalo udah galau karena beberapa hal di atas, remaja bisa dengan mudah salah arah. Pengennya cari cara cepat untuk beresin masalah atau justru lari dari masalah. Lantaran remaja yang sedang galau tidak dapat menggunakan pikirannya untuk berpikir positif. Akibatnya fatal, remaja menjadi mudah stres dan depresi yang kalo udah akut bisa mendorong seorang remaja untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ngeri!
Selain psikis yang terganggu, kesehatan remaja galau juga akan terancam. Nafsu makan berkurang yang berakibat menurunnya berat badan. Sehingga badan terasa lemas dan rentan terhadap penyakit. Selain itu, galau juga menimbulkan penyakit insomnia pada remaja, yaitu penyakit sulit tidur. Akibatnya, proses perkembangan dan pertumbuhan biologis seorang remaja dapat terhambat akibat kurang tidur ini.
Terakhir, akibat galau yang dialami remaja bisa memicu perilaku menyimpang yang terkategori kenakalan remaja. Diantaranya seks bebas dan penggunaan Narkotika sebagai ajang pelarian. Di kalangan remaja, sangat banyak kasus tentang penyalahgunaan narkoba. Hasil Survei BNN Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda adalah 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survei tersebut memperkuat hasil penelitian Prof. Dadang Hawari pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97 % pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28 % pelakuknya adalah remaja usia 17-24 tahun.
Wajar jika ternyata banyak remaja yang curhat dalam mobil anti galau nggak jauh dari masalah pergaulan bebas dan penggunaan narkoba.

Solusi Galau? Ngaji Lah Yauw!

Sahabat, kita udah kupas tuntas penyebab galau yang kerap menimpa remaja. Sekarang kita coba cari solusinya yang pas. Biar virus galau bisa kita halau.
Kalo dilihat dari penyebabnya, remaja menjadi galau lantaran belum punya prinsip hidup yang bisa membantunya atasi masalah dalam keseharian. Kondisi ini mewabah di kalangan generasi muda ketika lingkungan sekitarnya jauh dari aturan agama. Remaja didorong untuk menilai setiap perbuatan dengan kacamata untung rugi. Benar dan salahnya perilaku tergantung akibatnya bikin senang atau sengsara dalam sudut pandang manusia. Akibatnya, remaja terjerumus dalam gaya hidup sekuler yang menuhankan hawa nafsu. Tak sungkan mengejar kesenangan sesaat padahal jelas-jelas itu maksiat.
Selain menyediakan media tempat bercerita bagi remaja, mereka juga, terutama remaja muslim wajib dikenalkan pada Islam lebih dalam. Tak sekedar mengenal aturan agamanya dalam hal ibadah semata. Tapi juga mencakup aturan pergaulan dan prinsip hidup halal dan haram yang mesti jadi pegangannya. Caranya? Ajak remaja ikut ngaji yang bisa meminimalisir pemicu rasa galau.
Dalam urusan cinta, Islam mengajarkan bagaimana mengelola perasaan suka kepada lawan jenis sesuai tuntunan syara. Nggak sembarangan diumbar dalam perilaku pacaran. Penekanan bahwa tidak ada pacaran dalam Islam bukan untuk mematikan rasa cinta. Tapi lebih kepada upaya agar masa remaja bisa mengukir prestasinya yang mulia tanpa tersita oleh obrolan cinta yang nggak ada habisnya. Kalo udah waktunya tiba, rasa cinta akan bermuara pada ikatan dua hati dalam balutan ridho illahi.
Dalam persahabatan, Islam mengajarkan bagaimana memilah dan memilih sahabat sejati yang saling mengingatkan dan menguatkan. Saling mengingatkan ketika berbuat salah, saling menguatkan ketika ada masalah. Sama-sama berusaha untuk taat dan jauh dari maksiat.
Islam itu sejatinya adalah way of life (jalan hidup). Islam adalah dien yang mengatur segala urusan, mulai dari bangun tidur sampai urusan mendengkur, mulai dari urusan sepele sampai yang bertele-tele, mulai dari urusan bangun rumah sampai bangun negara. Semuanya diatur dalam Islam. Komplit..plit..plit! Itu artinya, nggak ada masalah yang tak bisa diatasi oleh Islam. Tinggal kitanya yang harus mencari tahu dan mengamalkannya.
Terakhir, ketika kegalauan menyelimuti hati, mendekat pada Allah SWT adalah cara yang paling tepat untuk mengatasinya. Mendekat kepada Allah SWT, yang menciptakan Kita dan mengurus seluruh keperluan hamba-Nya. Mendekat kepada-Nya yaitu dengan senantiasa mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, termasuk memperbanyak ibadah ruhiyah. Bisa dengan meningkatkan kualitas shalat wajib Kita, menambah shalat sunah, membaca Al Qur’an, membasahi lisan, hati dan perbuatan dengan berdzikir.
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Sobat, semoga kita dijauhkan dari virus galau. Tentunya nggak cuman berharap, tapi dibarengi dengan langkah nyata membentengi diri dari pemikiran dan budaya sekuler biang keladi lahirnya perilaku remaja galau. Nggak pake tapi, nggak pake nanti. Yuk Ngaji!
Sumber: dakwahremaja.com

Komentar