Allah SWT sesungguhnya telah memuliakan manusia dalam kedudukan yang amat
tinggi. Betapa tinggi kemuliaan manusia di mata Allah SWT hingga jika seorang
manusia membunuh manusia lain tanpa alasan yang dibenarkan, maka di mata Allah
SWT, sama saja ia dengan membunuh seluruh manusia.Allah SWT berfirman (yang
artinya):
Siapa saja yang membunuh suatu jiwa bukan karena orang itu membunuh atau
membuat kerusakan di muka bumi, maka dia seperti membunuh seluruh manusia (TQS al-Maidah [5]: 32).
[411]. Yakni: membunuh orang bukan
karena qishaash.
[412]. Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
Apalagi jika itu menyangkut jiwa seorang Muslim. Baginda Rasulullah SAW
bersabda, “Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, sementara membunuhnya
adalah kekufuran.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sebaliknya, Allah SWT dan Rasul-Nya, telah memerintahkan untuk memuliakan
sesama Muslim. Tentu karena sesama Muslim adalah saudara. Ibn Umar ra
menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim
yang lain. Ia tidak saling menzalimi dan saling membiarkan. Siapa saja yang
menghilangkan suatu kesulitan dari seorang Muslim, maka Allah SWT akan menghilangkan
kesulitan bagi dirinya di antara berbagai kesulitan pada Hari Kiamat kelak.
Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim, Allah pasti akan menutupi aibnya
pada Hari Kiamat nanti.” (Muttafaq a’laih).
Abu Hurairah pun berkata bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Muslim
itu saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak saling mengkhianati, saling
mendustakan dan saling menghinakan. Setiap Muslim adalah haram bagi Muslim yang
lain menyangkut kehormatan, harta dan darahnya.” (HR at-Tirmidzi).
Bahkan terhadap Muslim yang zalim pun, Rasulullah tetap menyuruh kita
menyayangi dia dengan cara menolongnya. Beliau pernah bersabda, “Tolonglah
saudaramu, baik pelaku kezaliman maupun korban yang dizalimi.” Seorang
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, saya menolongnya jika ia dizalimi. Lalu
bagaimana saya harus menolong orang yang melakukan kezaliman?” Rasul menjawab, “Cegahlah
dia dari berlaku zalim. Itulah bentuk pertolongan kamu kepadanya.” (HR
al-Bukhari).
Begitu indahnya sikap memuliakan sesama Muslim juga ditunjukkan oleh sabda
Rasulullah sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah, “Hak Muslim atas Muslim
yang lain ada lima: menjawab salam, mengunjungi yang sakit, mengiringi jenazah,
memenuhi undangan dan mendoakan yang bersin.” (Muttafaq ‘alaih).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Hak Muslim
atas Muslim yang lain ada enam: jika bertemu, ucapkanlah salam; jika
mengundang, penuhilah; jika meminta nasihat, berilah nasihat; jika bersin,
ucapkanlah hamdallah dan doakanlah; jika sakit, jenguklah; jika meninggal,
iringilah jenazahnya.” (HR Muslim).
Selain itu, sudah sepantasnya sesama Muslim saling menguatkan, sebagaimana
sabda Baginda Rasulullah, “Mukmin dengan Mukmin yang lain itu seperti satu
bangunan; satu sama lain saling menguatkan.” (Muttafaq ‘alaih).
Beliau pun bersabda sebagaimana dituturkan oleh Nu’man bin Busyair, “Perumpamaan
kaum Mukmin itu dalam kasih-sayang dan sikap lemah-lembut mereka adalah seperti
satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh itu merasakan sakit, maka seluruh
bagian tubuh yang lain akan panas dan demam.” (Muttafaq ‘alaih).
Lebih dari sekadar saling menguatkan, sikap memuliakan sesama Muslim juga
sejatinya tercermin dalam hal saling menyayangi sepenuh hati. Apalagi Baginda
Rasulullah pernah bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Jarir bin Abdillah. “Siapa
saja yang tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayangi dirinya.”
(Muttafq ‘alaih).
Aisah ra pun menuturkan bahwa suatu ketika datang sekelompok Arab pedalaman
kepada Baginda Rasulillah. Mereka lalu berkata, “Apakah kalian bisa menciumi
anak-anak kalian?” Beliau menjawab, “Betul.” Mereka berkata, “Akan
tetapi, kami, demi Allah, tidak melakukannya.” Beliau kembali bersabda, “Apakah
kalian ingin Allah mencabut sikap welas-asih dari kalbu-kalbu kalian?”
(Muttafaq ‘alaih).
Bagaimana pula gambaran sikap memuliakan sesama Muslim tercermin dalam
sabda Rasulullah sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah, “Jika salah
seorang di antara kalian mengimami orang-orang, hendaklah dia meringankan
shalatnya karena sesungguhnya di antara mereka ada orang yang lemah, sakit dan
tua. Jika salah seorang di antara kalian shalat sendirian, maka silakan dia
memanjangkan shalatnya sesuka hatinya.” (Muttafaq ‘alaih).
Abu Qatadah pun menuturkan bahwa Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya
aku pernah mengimami shalat dan ingin memanjangkannya. Tiba-tiba aku mendengar
tangisan bayi. Aku pun mempercepat shalatku karena khawatir tangisan bayi itu
membebani ibunya.” (HR al-Bukhari).
Sungguh, betapa indahnya jika sikap memuliakan
sesama Muslim ini benar-benar selalu kita wujudkan dalam keseharian kita. Wama
tawfiqi illa bilLah.